Header Ads

Kisah Pencarian Istri Keempat

SOSIOLOGI POLIGAMI -- Dalam keluarga besarnya, ternyata tidak hanya Puspo Wardoyo saja yang melakukan poligami. Selain sang ayah, kakak, dan adik Puspo juga ada yang melakukan poligami. Mengapa mereka memilih untuk hidup berpoligami?

Sebuah papan nama berwarna putih dan kuning terpampang di pinggir jalan Panjang, Kedoya, Jakarta Barat. Tidak jauh dari posisi papan nama tersebut, tampak sebuah lahan cukup luas yang dijadikan sebagai lahan parkir dari sebuah restoran. Tempat makan itulah yang merupakan usaha Puspo Wardoyo. Restoran ayam bakar Wong Solo telah berdiri di daerah Kedoya sejak setahun silam.

Sukses membawa restoran Wong Solo memang mengangkat nama Puspo Wardoyo sebagai seorang pengusaha yang tangguh. Puluhan cabang telah ia dirikan di berbagai daerah. Tidak hanya cabang Wong Solo yang jumlahnya lebih dari satu, isteri Puspo pun lebih dari satu orang. Status suami yang beristri lebih dari satu itulah yang kini membuat Puspo dikenal sebagai Bapak Poligami Indonesia.

Sebagai seorang pengusaha yang sukses, Puspo Wardoyo memang telah menjadi seorang public figur. Terlebih lagi, ia merupakan sosok orang yang paling disorot media beberapa waktu terakhir ini karena isu poligami yang ia kedepankan setiap kali tampil di depan publik. Isu poligami sendiri memang menjadi bahan omongan di masyarakat, setelah tokoh agama sekaligus penceramah kenamaan, Aa Gym yang memutuskan menikah untuk kedua kalinya. Meski tidak memiliki hubungan keluarga dengan Aa Gym, isu poligami tentu saja tidak dapat dilepaskan begitu saja dengan sosok Puspo Wardoyo.

Pemilik lebih dari 30 outlet Wong Solo ini juga dikenal sebagai penganut poligami yang memiliki empat istri. Reaksi pro dan kontra pun bermunculan di masyarakat pasca dipublikasikannya Puspo beserta keempat istrinya tersebut. Poligami pun semakin menjadi isu terhangat setelah pemilik Pondok Pesantren Daarut Tauhid, Aa Gym juga melakukan hal yang sama dengan Puspo. Tak pelak, Puspo pun menjadi sosok orang yang menjadi sorotan masyarakat beberapa waktu terakhir ini.

Ingin Meniru Arjuna. “Ayah saya ingin anak-anaknya menjadi pegawai negeri,” ujar Puspo. Meskipun begitu, cita-cita dari Puspo sendiri bukanlah menjadi seorang pegawai negeri. Ia justru ingin menjadi seorang Arjuna, salah satu tokoh pewayangan. “Ketika masih kecil saya ingin menjadi pria seperti Arjuna, tokoh pewayangan yang menang dalam setiap pertempuran dan beristri lebih dari satu,” tutur anak ketiga dari 8 bersaudara itu. Nyatanya berkata lain, Puspo justru sempat menjadi guru kesenian sebuah Sekolah Menengah Umum (SMU) Perguruan Wahidin Bagan Siapiapi.

Setelah sempat diberikan wejangan dari sang ayah, Puspo meninggalkan karirnya sebagai pegawai negeri dan memutuskan untuk mendirikan warung lesehan kaki lima yang menyajikan menu ayam goreng sejak tahun 1986 di kota kelahirannya Surakarta. Dengan modal Rp 700.000 dari 3 ekor sehari bisa meningkat, kemudian setelah dua tahun menjadi 7 ekor, dan 3 tahun kemudian bertambah menjadi 2 menu, begitu seterusnya. Bahkan Puspo pun mampu melebarkan sayapnya ke seberang pulau, tepatnya di kota Medan.

Akan tetapi, sebelum ia mampu menancapkan Wong Solo di kota Medan tersebut, terlebih dahulu, Puspo mengumpulkan modal dengan kembali menekuni profesi sebagai guru di Perguruan Wahidin Bagan Siapiapi, Riau. “Kembali menjadi guru, saya terpaksa lakukan untuk mengumpulkan modal,” tutur pengusaha yang memiliki 1.200 karyawan ini. Di tanah Riau ini, Puspo menyunting Rini Purwani, lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada, rekan seprofesinya mengajar. Dengan modal yang telah ia kumpulkan tersebut, dan keinginan yang tinggi, ia bersama istrinya dan seorang anaknya yang masih kecil hijrah ke Medan.

Dibantu Istri Mencari Calon Istri. Sejak merintis Wong Solo di daerah penghasil Bika Ambon tersebut, Puspo meraih kesuksesan dengan menu ayam bakar. Selang beberapa waktu kemudian, Puspo meraih sukses di tanah rantau itu. Ayam bakarnya laris manis dan banyak digemari masyarakat Medan. Pada 1993, ia membuka cabang pertama di Medan dan kemudian membuka restoran ketiga di Medan. Sejak 1997, Wong Solo mulai ekspansi ke luar Medan dan terus berkembang dan membuka cabangnya di berbagai kota di pelosok tanah air.

Saat sukses mampu diraihnya bersama label Wong Solo, Puspo pun merasa tidak cukup dengan hanya memiliki istri satu orang saja. “Poligami itu adalah hak dan kebutuhan perempuan,” ujar Bapak dari 11 anak ini. Tak heran, ia pun memutuskan untuk menikah kembali dengan perempuan yang tak lain adalah salah satu karyawan Wong Solo. Tahun 1996, Puspo pun memutuskan untuk menikah dengan istri keduanya, Supiyanti. “Isteri kedua saya adalah mantan karyawan saya sendiri,” aku Puspo.

Tak hanya sampai di situ saja, setahun kemudian Puspo kemudian menikah kembali dengan seorang perempuan bernama Anissa Nasution yang juga merupakan mantan karyawan Wong Solo. “Istri ketiga saya seorang sarjana, juga mantan karyawan Wong Solo,” ujar franchisor Wong Solo ini. “Menikahinya merupakan penghargaan kepadanya sebagai karyawan yang baik,” lanjutnya.

Iklankan Istri Keempat. Uniknya, dalam mencari calon isteri keempat, Puspo mengaku sempat memasang iklan di sebuah surat kabar yang terbit di Semarang. “Untuk mendapatkan istri keempat, saya pasang iklan di sebuah surat kabar yang terbit di Semarang untuk mencari seorang sekretaris pribadi buat saya,” aku Puspo. Alhasil, sekitar 400 pelamar berdatangan ke rumah makan Wong Solo di Semarang.

Bukan tanpa syarat, Puspo justru memiliki kriteria sendiri dalam memilih calon istri-istrinya. Baginya, perempuan yang cocok untuk menjadi pendamping pria yang akan menginjak usia 50 ini haruslah memiliki akhlak yang baik. “Harus sarjana, berjilbab, akhlaknya baik,” tutur Puspo menyebutkan satu persatu kriteria untuk menjadi pendamping hidupnya tersebut. Bahkan untuk memilih istri keempat, Intan Ratih, ia bersama istri keduanyalah yang memilih calon istri keempat yang nantinya akan menjadi salah satu bagian dari keluarga Puspo Wardoyo.

Awalnya calon istri keempat tersebut dijadikan sebagai sekretaris pribadi Puspo. Puspo beralasan dengan menjadikan calon istri keempat tersebut sebagai sekretaris pribadi terlebih dahulu, Puspo akan bisa lebih dekat mengenal perempuan tersebut. Akhirnya pada tahun 1999, Puspo menikahi Intan Ratih dan menjadikannya sebagai istri keempat.

Keluarga Penganut Poligami. Di dalam keluarga besarnya, ternyata tidak hanya Puspo saja yang memiliki istri lebih dari satu. “Adik dan kakak saya juga poligami,” aku Puspo. Selain adik dan kakaknya, sang ayah, Wardoyo juga ternyata memiliki istri lebih dari satu. “Ayah saya punya istri dua,” ujar Puspo. “Kalau adik dan kakak saya ada yang 2, 3 dan 4 istri,” lanjutnya. Meski sebagian besar anggota keluarganya juga menerapkan poligami, Puspo tidak mau disebut sebagai penganut poligami yang diturunkan dari sang ayah. “Sebenarnya semua laki-laki itu memiliki bakat untuk berpoligami,” kilah pria yang berniat untuk menambah jumlah anaknya ini.

Keempat istri Puspo memang tidak tinggal di dalam satu rumah sekaligus. Masing-masing istrinya tinggal terpisah. Istri pertama dan kedua menetap di Medan. Sedangkan istri ketiganya tinggal di Bumi Serpong Damai, Tangerang, Banten. Istri ‘bontot’nya juga tinggal di daerah tangerang, tepatnya di Puri Bintaro. Para istri ini mendapat limpahan materi dari sang suami yang sangat berkecukupan. Sebagai seorang pengusaha yang cukup sukses, pendapatan Puspo memang terbilang cukup besar untuk menghidupi keempat isteri dan kesebelas anaknya. Keempat istrinya seperti yang diakui Puspo, tidak terlibat dalam bisnis restoran. Mereka hanya sekadar mengawasi standar bumbu masakan.  (sumber)

No comments

Powered by Blogger.